Minggu, 29 Desember 2013

RESUME PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN



TUGAS MANDIRI
RESUME
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pendidikan Kewarganegaraan


DISUSUN OLEH:
                                                Nama:         lilis karlina
                                                NIRM:        1209.12.06628
                                                Lokal:         C
                                                Smtr  :        II (Dua)


Dosen Pengampu: Deddy Yusuf Yudhiarta, S.Mn

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2013


Cinta Anak Juragan Rambutan - Cerpen Remaja

Cerpen Karya Destiani

Nama saya anggun, saya tinggal di kampung rambutan. Saya dibilang kawan-kawan saya sich agak rada-rada tomboy orangnye. Aye anaknya babe rojali alias anak juragan rambutan. Kenapa dipanggil juragan rambutan ? karena babe gue mempunyai banyak kebun rambutan yang berhektar-hektar. Gue sekarang sudah duduk di bangku kuliahan, gue mengambil jurusan ekonomi. Ya sapa tau kan, aye kalau udeh lulus kuliah bisa ngebantuin babe buat mengembangkan usahanye.

Sabtu, 28 Desember 2013

ragam hias


                                                   RAGAM HIAS

a. Motif Hias Flora
Motif hias ini berdasarkan pada tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar. Bentuknya ada yang berupa akar, daun, bunga, biji, tunas, buah, ranting, atau pohonnya. Contohnya adalah motif hias bunga teratai yang dalam ajaran Buddha berhubungan dengan simbol kelahiran. Contoh yang lain adalah motif hias pohon kehidupan (kalpataru) yang diterapkan pada gunungan wayang. Nilai simbolik yang terdapat pada pohon tersebut adalah dunia tempat tinggal manusia saat ini yang dibagi menjadi dunia atas tempat para dewa bertahta dan dunia bawah tempat mahluk biasa tinggal.


a. Motif Hias Flora
Motif hias ini berdasarkan pada tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar. Bentuknya ada yang berupa akar, daun, bunga, biji, tunas, buah, ranting, atau pohonnya. Contohnya adalah motif hias bunga teratai yang dalam ajaran Buddha berhubungan dengan simbol kelahiran. Contoh yang lain adalah motif hias pohon kehidupan (kalpataru) yang diterapkan pada gunungan wayang. Nilai simbolik yang terdapat pada pohon tersebut adalah dunia tempat tinggal manusia saat ini yang dibagi menjadi dunia atas tempat para dewa bertahta dan dunia bawah tempat mahluk biasa tinggal.

               

b. Motif Hias Fauna
Fauna atau satwa menjadi dasar terbentuknya motif hias ini. Satwa darat, air atau yang hidup di udara dan bahkan ada pula satwa khayal dibuat sebagai motif hias. Kadal, kerbau, belalang, ikan, ular, kuda, singa, gajah, burung, rusa, dan mahluk ajaib naga atau makara (ikan berbelalai) adalah beberapa satwa yang sering dijadikan motif hias. Nilai simbolik tampak pada seekor satwa berkenaan dengan alam kehidupan. Sebagai contoh ular mewakili dunia bawah atau air yang bermakna sebagai pembawa jenazah mendiang untuk menyeberang dan burung dianggap mewakili dunia atas yang membawa arwah ke alam atas.


   




c. Motif Hias Geometri
Motif hias geometris atau sering disebut juga ilmu ukur mulanya muncul karena faktor teknik dan bahan. Pada kriya anyaman serat membujur dan melintang membentuk motif hias yang geometris, yaitu serbalurus, lengkung atau lingkar. Motif hiasnya terdiri atas tumpal (segitiga), meander (liku-liku), pilin, kunci, banji, swastika. Motif hias swastika bermakna lambang matahari atau peredaran bintang yang berkaitan dengan nasib baik. Swastika dalam bentuk bersambung disebut banji yang bermakna harapan baik.


          
d. Motif Hias Manusia
Manusia dalam bentuk motif hias sering dimunculkan juga pada karya seni rupa Nusantara. Ada yang digambarkan utuh seluruh tubuh seperti pada wayang kulit purwa dan ada pula yang digambarkan hanya bagian kepala saja. Wajah manusia (topeng) yang dijadikan motif hias dibuat dengan gaya yang disederhanakan atau sebaliknya, dilebih-lebihkan. Maknanya sebagai penolak bala dan penggambaran nenek moyang. Contoh motif hias ini di antaranya adalah kala pada bangunan candi dari zaman Hindu dan juga diterapkan pada tenun ikat di Sumba.



       






e. Motif Hias Kaligrafi
Huruf yang ditulis indah disebut kaligrafi. Pada masa kekuasaan kerajaan Islam di Nusantara kaligrafi huruf Arab yang disebut khath menjadi salah satu motif hias yang sering dipakai. Motif hias yang sebagian merupakan nama Allah atau petikan ayat dari Alquran dan Hadis biasa diterapkan pada kriya logam, kayu, kain, dan lain sebagainya.
motif hias kaligrafi Arab pada kain batik (karya penulis)


   
 







Motif flora
Motif fauna
Motif geometri

Motif manusia
Motif kaligrafi
               


b. Motif Hias Fauna
Fauna atau satwa menjadi dasar terbentuknya motif hias ini. Satwa darat, air atau yang hidup di udara dan bahkan ada pula satwa khayal dibuat sebagai motif hias. Kadal, kerbau, belalang, ikan, ular, kuda, singa, gajah, burung, rusa, dan mahluk ajaib naga atau makara (ikan berbelalai) adalah beberapa satwa yang sering dijadikan motif hias. Nilai simbolik tampak pada seekor satwa berkenaan dengan alam kehidupan. Sebagai contoh ular mewakili dunia bawah atau air yang bermakna sebagai pembawa jenazah mendiang untuk menyeberang dan burung dianggap mewakili dunia atas yang membawa arwah ke alam atas.


   




c. Motif Hias Geometri
Motif hias geometris atau sering disebut juga ilmu ukur mulanya muncul karena faktor teknik dan bahan. Pada kriya anyaman serat membujur dan melintang membentuk motif hias yang geometris, yaitu serbalurus, lengkung atau lingkar. Motif hiasnya terdiri atas tumpal (segitiga), meander (liku-liku), pilin, kunci, banji, swastika. Motif hias swastika bermakna lambang matahari atau peredaran bintang yang berkaitan dengan nasib baik. Swastika dalam bentuk bersambung disebut banji yang bermakna harapan baik.


          
d. Motif Hias Manusia
Manusia dalam bentuk motif hias sering dimunculkan juga pada karya seni rupa Nusantara. Ada yang digambarkan utuh seluruh tubuh seperti pada wayang kulit purwa dan ada pula yang digambarkan hanya bagian kepala saja. Wajah manusia (topeng) yang dijadikan motif hias dibuat dengan gaya yang disederhanakan atau sebaliknya, dilebih-lebihkan. Maknanya sebagai penolak bala dan penggambaran nenek moyang. Contoh motif hias ini di antaranya adalah kala pada bangunan candi dari zaman Hindu dan juga diterapkan pada tenun ikat di Sumba.



       






e. Motif Hias Kaligrafi
Huruf yang ditulis indah disebut kaligrafi. Pada masa kekuasaan kerajaan Islam di Nusantara kaligrafi huruf Arab yang disebut khath menjadi salah satu motif hias yang sering dipakai. Motif hias yang sebagian merupakan nama Allah atau petikan ayat dari Alquran dan Hadis biasa diterapkan pada kriya logam, kayu, kain, dan lain sebagainya.
motif hias kaligrafi Arab pada kain batik (karya penulis)


   
 







Motif flora
Motif fauna
Motif geometri

Motif manusia
Motif kaligrafi

hadist pada abad ke 5



BAB II
PEMBAHASAN
LANJUTAN PEMBUKUAN HADIST ABAD KE V SAMPAI SEKARANG


HADIST PADA ABAD KE V

Pembukuan hadist dan usaha ulama ahli fiqih pada abad v sampai sekarang adalah mengklasifikasikan hadist – hadist yang sejenis kandunganya atau sejenis sifat – sifat isinya dalam suatu kitab hadist.
Penulisan dan pembukuan hadist pada abad ke v dan sesudahnya tidak banyak berbeda dengan kitab – kitab hadist yang di susun pada abad ke empat, karena hanya bersifat menyempurnakan penyusunan materi hadistnya maupun teknik pembukuan. Kitab – kitab hadist yang terkenal pada abab kelima hijriah adalah sebagai berikut :
*      As-sunanul kubra
*      As-sunanul shugra ( kedua kitab ini karya imam baihaqi )
*      Al-jami’ bainash shahihaini karya ismail ibnu ahmad
*      Bahlul asanid karya hasan ibn ahmad As – samarqandi

BAB III
HADIST PADA ABAD KE VI
Pada periode keenam ini, ulama hadist pada umumnya hanya memperpegangi kitab – kitab hadist yang telah ada, sebab seluruh hadist pada abad IV ( awal periode keenam ini ). Telah
terhimpun dalam kitab-kitab hadist tersebut. Kegiatan ulama yang menonjol dalam memelihara dan mengembangkan hadist nabi yang telah terhimpun dalam kitab – kitab hadist tersebut, adalah dengan cara :
·         a. mempelajarinya.
·         b. menghapalnya.
·         c. memeriksa dan menyelidiki sanad- sanadnya.
·         d. menyusun kitab – kitab baru dengan tujuan untuk memelihara, menertibkan dan menghimpun segala sanad dan muatan yang saling berhubungan serta yang telah termuat secara terpisah dalam kitab – kitab yang telah ada tersebut.

Bentuk penyusunan kitab hadist pada masa periode ini :
Para ulama hadist periode ini memperkenalkan sistem baru dalam penulisan hadist, yaitu :
*      kitab Athraf
*      kitab Mustadhrak
*      kitab Jami


HADIST PADA ABAD VII

A.     KEGIATAN PERIWAYATAN HADIST PADA PERIODE INI
Sedikit sekali ulama hadist pada periode ini melakukan periwayatan hadist secara haalan sebagaimana di lakukan oleh ulama mutaqaddimin, di antaranya yaitu :
1.      Al traqi ( w. 806 H / 1404 M ) dia berhasil mendiktekan hadist secara hapalan kepada 400 majelis sejak 796 H / 1394 M dan juga menulis beberapa kitab hadist.
2.      Ibn hajar al asqaini ( w. 852 H / 1448 M ) seorang penghapal hadist yang tiada bandingnya pada masanya. Dia telah mendektekan hadist pada 1000 majelis dan menulis sejumlah kitab yang berkaitan dengan hadist.
3.      Al sakhawi ( w. 902 H/ 1497 M ) murid ibn hajar yang telah mendektekan hadist kepada 1000 majelis dan menulis sejumlah buku.
4.      Fath al bari, oleh ibn hajar al asqalani, yaitu syarah shahih kitab al bukhari.
5.      Al minhaj, oleh al nawawi, yang mensyarahkan kitabshahih muslim.
6.      Aun al- ra’hud, oleh syams al haq al abadi, syarah sunan abu daud.

Factor akibat hadist berkembang melalui hapalan yaitu :
Ø  Ingatan orang arab masih kuat
Ø  Rasul masih hidup
Ø  Ummy ( orang arab banyak yang buta huruf ).
 Factor boleh menulis hadist .
Ø  Lemah ingatanya
Ø  Jauh jaraknya dari sumber hadist

MULAI PERTENGAHAN ABAD VII SAMPAI SEKARANG

A.    Kegiatan periwayatan hadist pada periode ini
Periode ini di mulai sejak kekhalifahan abbasiyah di taklukkan oleh tentara tar-tar ( 656 H / 1258 ). Yang kemudian kekhalifahan abbasiyah tersebut di hidupkan oleh di nasty makluk hanyalah sekedar symbol saja agar daerah – daerah islam yang lain dapat mengakui mesir sebagai pusat pemerinthan islam. Dan selanjutnya mengakui di nasty makhluk sebagai pengusaha dunia islam.
Pada permulaan abad VII, muncullah seorana tokoh di turki, bernama utsman kajuk. Ia membina kerajaan di turki dari puing – puing peninggalan bani saljuk yang masih ada di asia tengah. Utsman bersama keturunanya berusaha menaklukkan kerajaan – kerajaan kecil yang ada di sekitarnya, sehingga dengan demikian utsman berhasil membangun daulah utmaniyah yang berpusat di turki. Daulah utmaniyah akhirnya berhasil menaklukkan konstantinopel dan mesir, sekaligus menghilangkan khilafah abbasiyah. Dan mulai saat itu, berpindahlah khilafah islamiyah dari mesir ke konstantinopel.
Pada permulaan abad ke – 13 ( awal abad ke-19M), mesir di bawah pimpinan Muhammad ali, mulai bangkit memulihkan kekuatanya dan berusaha mengembangkan kejayaan mesir pada masa silam. Bertepatan dengan masa itu pula, kerajaan – kerajaan eropa telah kuat dan ingin menguasai dunia. Mereka secara bertahap mulai menguasai daerah – daerah islam, sehingga pada abad ke -19 M sampai awal abad 20M hampir seluruh wilayah islam di jajah oleh bangsa eropa. Kebangkitan kembali umat islam baru pada abad pertengahan ke – 20M.
Ulama –ulama islam barulah mampu mengadakan kontak antar mereka, setelah semangat kebangkitan islam mulai tumbuh dan mendobrak belenggu penjajahan bangsa eropa di Negara – Negara yang penduduknya mayoritas beragama islam.
Sejalan dengan keadaan dan kondisi daerah – daerah islam di atas, maka kegiatan periwayatan hadits pada periode ini di lakukan dengan cara ijazah dan mukatabah.
B.     Bentuk penyusunan hadis pada periode ini

            Kegiatan yang terbanyak yang di lakukan oleh para ulama pada periode ini, pda umumnya adalah mempelajari kitab-kitab hadist yang telah ada, kemudianbmengembangkanya atau meringkasnya sehingga menghasilkan jenis karya sebagai berikut :
v  1. Kitab syarah
v  2. Kitab mukhtashar
v  3. Kitab zawa’id
v  4. Kitab penunjuk ( kode indeks ) hadits
v  5. Kitab terjemahan hadist
v  6. Kitab takhrij



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan kekuatan lahir batin kepada kami. Sehingga melalui proses yang panjang, pada akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan, yang nantinya dapat di pergunakan oleh para pembaca. Kemudian shalawat dan salam semoga di limpahkan oleh Allah SWT kepada junjungan kita yakni nabi Muhammad SWT. Karena berkat beliaulah kita dapat membedakan perkara yang had dan yang bathil, serta senantiasa kita jadikan contoh dan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari.
            Didalam makalah ini di sajikan tentang lanjutan pembukuan hadits mulai dari pembukuan hadist pada abad V, pembukuan haedist pada abad VI, sampai perkembangan hadist pada abad VII sampai sekarang ini. Di harapkan isi makalah ini bisa menunjang terselenggarakaanya proses pembelajaran dengan baik atau sesuai dengan yang di inginkan.
            Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih bannyak mengandung kelemahan dan kekurangan-kekurangan. Dengan kata lain “ tak ada gading yang tak retak” oleh karena itu kami akan sangat menghargai kepada siapa saja yang berkenan memberikan masukan, baik berupa koreksi maupun kritik, yang nantinya dapat kami jadikan pelajaran bagi penyempurnaan makalah kami pada masa-masa yang akan dating.
            Dengan berbagai kekurangan dan kelemahannya, semoga makalah ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya dalam rangka proses pembelajaran.



Tembilahan, maret 2013

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………………..…i
Daftar isi……………………………………………………………………………….…………ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang…………………………………………………………………………….1
B.     Rumusan masalah………………………………………………………………................1
C.     Tujuan masalah……………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pembukuan hadist pada abad V……………………………………………………….2
B.     Pembukuan hadist pada abad VI………………………………………………………2
C.     Pembukuan hadist pada abad VII ………………………………………………….…3
D.    Pembukuan hadist periode sekarang………………………………………………….4
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan……………………………………………………………………………….7

DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
            Pembukuan hadist dan usaha ulama ahli fiqih pada abad v sampai sekarang adalah mengklasifikasikan hadist – hadist yang sejenis kandunganya atau sejenis sifat – sifat isinya dalam suatu kitab hadist.
Penulisan dan pembukuan hadist pada abad ke v dan sesudahnya tidak banyak berbeda dengan kitab – kitab hadist yang di susun pada abad ke empat, karena hanya bersifat menyempurnakan penyusunan materi hadistnya maupun teknik pembukuan.

B.     Rumusan masalah

Lanjutan pembukuan hadist :
ü  1. Perkembangan hadist pada abad V
ü  2. Perkembangan hadist pada abad VI
ü  3. Perkembangan hadist pada abad VII sampai sekarang

C.    Tujuan masalah

·         1. Untuk mengetahui perkembangan hadist pada abad ke V
·         2. Untuk mengetahui perkembangan hadist pada abad VI
·         3. Untuk mengetahui perkembangan hadist pada abad VII sampai saat sekarang ini


BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN

            Berdasarkan uraian makalah ini dapat di simpulkan bahwa dalam pembukuan hadist pada abad V terdapat Penulisan dan pembukuan hadist pada abad ke v dan sesudahnya tidak banyak berbeda dengan kitab – kitab hadist yang di susun pada abad ke empat, karena hanya bersifat menyempurnakan penyusunan materi hadistnya maupun teknik penulisanya. Pada periode keenam ini, ulama hadist pada umumnya hanya memperpegangi kitab – kitab hadist yang telah ada, sebab seluruh hadist pada abad IV ( awal periode keenam ini ). Telah terhimpun dalam kitab-kitab hadist tersebut. Kegiatan ulama yang menonjol dalam memelihara dan mengembangkan hadist nabi yang telah terhimpun dalam kitab – kitab hadist tersebut,. Sedikit sekali ulama hadist pada period eke VII ini melakukan periwayatan hadist secara haalan sebagaimana di lakukan oleh ulama mutaqaddimin, di antaranya yaitu :Pada permulaan abad VII, muncullah seorana tokoh di turki, bernama utsman kajuk. Ia membina kerajaan di turki dari puing – puing peninggalan bani saljuk yang masih ada di asia tengah. Utsman bersama keturunanya berusaha menaklukkan kerajaan – kerajaan kecil yang ada di sekitarnya, sehingga dengan demikian utsman berhasil membangun daulah utmaniyah yang berpusat di turki. Daulah utmaniyah akhirnya berhasil menaklukkan konstantinopel dan mesir,






DAFTAR PUSTAKA
Rahman. Factur. 1970. Ikhtisar mushthalalul hadist. Bandung. PT. Alma’ arif.
www. Google.com