RAGAM HIAS
a. Motif Hias Flora
Motif hias ini berdasarkan pada
tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar. Bentuknya ada yang berupa akar, daun,
bunga, biji, tunas, buah, ranting, atau pohonnya. Contohnya adalah motif hias
bunga teratai yang dalam ajaran Buddha berhubungan dengan simbol kelahiran.
Contoh yang lain adalah motif hias pohon kehidupan (kalpataru) yang
diterapkan pada gunungan wayang. Nilai simbolik yang terdapat pada pohon
tersebut adalah dunia tempat tinggal manusia saat ini yang dibagi menjadi dunia
atas tempat para dewa bertahta dan dunia bawah tempat mahluk biasa tinggal.
a. Motif Hias Flora
Motif hias ini berdasarkan pada
tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar. Bentuknya ada yang berupa akar, daun,
bunga, biji, tunas, buah, ranting, atau pohonnya. Contohnya adalah motif hias
bunga teratai yang dalam ajaran Buddha berhubungan dengan simbol kelahiran.
Contoh yang lain adalah motif hias pohon kehidupan (kalpataru) yang
diterapkan pada gunungan wayang. Nilai simbolik yang terdapat pada pohon
tersebut adalah dunia tempat tinggal manusia saat ini yang dibagi menjadi dunia
atas tempat para dewa bertahta dan dunia bawah tempat mahluk biasa tinggal.
b. Motif Hias Fauna
Fauna atau satwa menjadi dasar
terbentuknya motif hias ini. Satwa darat, air atau yang hidup di udara dan
bahkan ada pula satwa khayal dibuat sebagai motif hias. Kadal, kerbau,
belalang, ikan, ular, kuda, singa, gajah, burung, rusa, dan mahluk ajaib naga
atau makara (ikan berbelalai) adalah beberapa satwa yang sering
dijadikan motif hias. Nilai simbolik tampak pada seekor satwa berkenaan dengan
alam kehidupan. Sebagai contoh ular mewakili dunia bawah atau air yang bermakna
sebagai pembawa jenazah mendiang untuk menyeberang dan burung dianggap mewakili
dunia atas yang membawa arwah ke alam atas.
c. Motif Hias Geometri
Motif hias geometris atau sering
disebut juga ilmu ukur mulanya muncul karena faktor teknik dan bahan. Pada
kriya anyaman serat membujur dan melintang membentuk motif hias yang geometris,
yaitu serbalurus, lengkung atau lingkar. Motif hiasnya terdiri atas tumpal (segitiga),
meander (liku-liku), pilin, kunci, banji, swastika. Motif hias swastika
bermakna lambang matahari atau peredaran bintang yang berkaitan dengan nasib
baik. Swastika dalam bentuk bersambung disebut banji yang bermakna harapan
baik.
d. Motif Hias Manusia
Manusia dalam bentuk motif hias
sering dimunculkan juga pada karya seni rupa
Nusantara. Ada yang digambarkan utuh seluruh tubuh seperti pada wayang kulit
purwa dan ada pula yang digambarkan hanya bagian kepala saja. Wajah manusia
(topeng) yang dijadikan motif hias dibuat dengan gaya yang disederhanakan atau
sebaliknya, dilebih-lebihkan. Maknanya sebagai penolak bala dan penggambaran
nenek moyang. Contoh motif hias ini di antaranya adalah kala pada
bangunan candi dari zaman Hindu dan juga diterapkan pada tenun ikat di Sumba.
e. Motif Hias Kaligrafi
Huruf yang ditulis indah disebut
kaligrafi. Pada masa kekuasaan kerajaan Islam di Nusantara kaligrafi huruf Arab
yang disebut khath menjadi salah satu motif hias yang sering dipakai.
Motif hias yang sebagian merupakan nama Allah atau petikan ayat dari Alquran
dan Hadis biasa diterapkan pada kriya logam, kayu, kain, dan lain sebagainya.
motif hias kaligrafi Arab pada kain
batik (karya penulis)
Motif flora
Motif fauna
Motif geometri
Motif manusia
Motif kaligrafi
b. Motif Hias Fauna
Fauna atau satwa menjadi dasar
terbentuknya motif hias ini. Satwa darat, air atau yang hidup di udara dan
bahkan ada pula satwa khayal dibuat sebagai motif hias. Kadal, kerbau,
belalang, ikan, ular, kuda, singa, gajah, burung, rusa, dan mahluk ajaib naga
atau makara (ikan berbelalai) adalah beberapa satwa yang sering
dijadikan motif hias. Nilai simbolik tampak pada seekor satwa berkenaan dengan
alam kehidupan. Sebagai contoh ular mewakili dunia bawah atau air yang bermakna
sebagai pembawa jenazah mendiang untuk menyeberang dan burung dianggap mewakili
dunia atas yang membawa arwah ke alam atas.
c. Motif Hias Geometri
Motif hias geometris atau sering
disebut juga ilmu ukur mulanya muncul karena faktor teknik dan bahan. Pada
kriya anyaman serat membujur dan melintang membentuk motif hias yang geometris,
yaitu serbalurus, lengkung atau lingkar. Motif hiasnya terdiri atas tumpal (segitiga),
meander (liku-liku), pilin, kunci, banji, swastika. Motif hias swastika
bermakna lambang matahari atau peredaran bintang yang berkaitan dengan nasib
baik. Swastika dalam bentuk bersambung disebut banji yang bermakna harapan
baik.
d. Motif Hias Manusia
Manusia dalam bentuk motif hias
sering dimunculkan juga pada karya seni rupa
Nusantara. Ada yang digambarkan utuh seluruh tubuh seperti pada wayang kulit
purwa dan ada pula yang digambarkan hanya bagian kepala saja. Wajah manusia
(topeng) yang dijadikan motif hias dibuat dengan gaya yang disederhanakan atau
sebaliknya, dilebih-lebihkan. Maknanya sebagai penolak bala dan penggambaran
nenek moyang. Contoh motif hias ini di antaranya adalah kala pada
bangunan candi dari zaman Hindu dan juga diterapkan pada tenun ikat di Sumba.
e. Motif Hias Kaligrafi
Huruf yang ditulis indah disebut
kaligrafi. Pada masa kekuasaan kerajaan Islam di Nusantara kaligrafi huruf Arab
yang disebut khath menjadi salah satu motif hias yang sering dipakai.
Motif hias yang sebagian merupakan nama Allah atau petikan ayat dari Alquran
dan Hadis biasa diterapkan pada kriya logam, kayu, kain, dan lain sebagainya.
motif hias kaligrafi Arab pada kain
batik (karya penulis)
Motif flora
Motif fauna
Motif geometri
Motif manusia
Motif kaligrafi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar